Asal-usul Marga Ginting
- Ginting Pase
Ginting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase
juga ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. Ginting Pase dulunya mempunyai
kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo
mengatakan bahwa anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila (pamannya)
ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh.
Untuk lebih jelasnya dapat di telaah cerita tentang Beru Ginting Pase. (Petra : Bisa dibaca di sini)
- Ginting Munthe
Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe berasal dari
Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji
Nembah dan terakhir ke Munthe. Sebagian dari merga Ginting Munthe telah
pergi ke Toba (Nuemann 1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba ini kembali lagi ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi : Ginting Tampune [ GINTING RUMAH TAMPUNE ]
- Ginting Manik
Ginting Manik menurut cerita masih saudara dengan Ginting Munthe.
Merga ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, ke Munthe dan Kuta
Bangun. Merga Manik juga terdapat di Pak-pak dan Toba.
- Ginting Sinusinga
- Ginting Seragih
Menurut J.H. Neumann (Nuemann 1972 : 10), Ginting Seragih
termasuk salah satu merga Ginting yang tua dan menyebar ke Simalungun
menjadi Saragih, di Toba menjadi Seragi.
- Ginting Sini Suka
Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan (Pak-Pak), kemudian
berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian ke Guru Benua, disana
dikisahkan lahir Siwah Sada Ginting (Petra : bacanya Sembilan Satu Ginting), yakni :
- Ginting Babo
- Ginting Sugihen
- Ginting Guru Patih
- Ginting Suka (ini juga ada di Gayo/Alas)
- Ginting Beras
- Ginting Bukit (juga ada di Gayo/Alas)
- Ginting Garamat (di Toba menjadi Simarmata)
- Ginting Ajar Tambun
- Ginting Jadi Bata
- Ginting Jawak
Menurut cerita Ginting Jawak berasal dari Simalungun. Merga ini hanya sedikit saja di daerah Karo.
- Ginting Tumangger
Marga ini juga ada di Pak Pak, yakni Tumanggor.
- Ginting Capah Capah berarti tempat makan besar terbuat dari kayu, atau piring tradisional Karo.
GINTING MUNTHE'
Ginting Munté (Muthé) adalah salah satu cabang(sub-) merga dari merga Ginting! Banyak orang beranggapan kalau merga ini sebenarnya berasal dari Batak(Toba atau Simalungen), akan tetapi jika kita menelisik pada tradisi dalam merga Ginting Munthe sendiri, dan jika kita kaitkan dengan tradisi pada sub-merga Karo-karo Sinulingga(Sinulingga telah menemui Ginting Munthe di Lingga sekitar awal-awal abad ke-13), tradisi Saragih Munthe, Dalimunte di Labuhan Batu, dan sejarah Zending Hindu di Sumatera bagian timur, tengah, dan utara, maka hal ini tidak-lah sejalan dari dimensi waktu dan tidak-lah masuk diakal.Dipercaya, Si Raja Batak yang menurut tradisi Toba adalah nenek moyang seluruh bangsa Batak yang hidup bersamaan waktunya denga kerajaan-kerajaan seperti: Haru(Karo), Nagur(di Sumatera Timur yang identik dengan Simalungun), Padang Lawas dan Pané(Mandailing Tua), Sriwijaya, Majapahit(dalam kakawi Negarakertagama), Malaka, dll. Jika kita meninjau dari hal ini, dapat dipastikan bahwa setidaknya, Karo, Simalungun, dan Mandailing sudah ada saat dimana kemunculan Si Raja Batak yang juga dipercaya adalah aktivis dari salah satu kerajaan tersebut diatas yang mengungsi ke pedalaman Samosir, maka hidup Si Raja Batak dipredikasikan awal abad ke-13 M.Mempelajari sejarah Munthé ini sangatlah menarik dan unik. Banyak etnis-etnis khususnya yang hidup di Sumatera(Karo, Simalungun, Mandailing, Toba, Pak-pak/Dairi, Gayo, Alas, dll) yang memiliki merga Munté ini, dan bahkan tidak jarang mengklem bahwasanya Munthé ini berasal dari mereka, namun apa-pun itu kembali kepada pribadi kita masing-masing versi dari tradisi mana yang hendak kita pakai menjadi pedoman kita. Di tahun 1000 – 1449 di Eropah diketahui setidaknya 12 orang telah menggunakan kata Munthé(Muté) ini dibelakang namanya, salah satunya adalah Ascricus van Munte(1072) dari Vlanderen yang sekarang merupakan wilayah Belgia. Apakah mungkin Munte yang di Sumatera sudah sampai di Belgia di Tahun 1000? Jika kita berpatok pada masa kemunculan kerajaan Haru(Karo), Nagur(Simalungun), dan Padang Lawas serta Pané(Mandailing), ya mungkin saja! Mengingat, setidaknya aktivitas pelayaran internasional di Barus sudah dimulai sejak abad ke-5 M. Bahkan di Norwegia, di abad ke-16 muncul Ludvig Munthe. Mengingat jarak antara Belgia dengan Norwegia yang sangat jauh(…) apakah keluarga Munté Belgia ini sama dengan Munté di Norwegia? Namun, jika ditinjau dari faktor waktu(tahun 1000 – 1500’an) dan geografis hal ini juga sangat memungkinkan terjadi, mengingat pelabuhan Belgia yang berhadapan langsung dengan Laut Norwegia melalui Laut Utara yang diapit kepulauan Britania Raya di barat dan di sebelah timur dikelilingi Belanda, Jerman, dan Denmark. Bahkan, silsilah dari Ludwig Munthe(1593-1649) ini disusun dengan sangat rapih oleh Severre Munthe, dalam buku Familiem Munthe In Norge. Sekitar tahun 1995 diperkirakan jumlah keturunannya lebih lima ratus jiwa. Munthe di Norwegia ini juga mengakui dan menyatakan bahwa Vlanderen(Belgia) adalah tanah asal leluhur mereka ( Silahkan dilihat dokumen Munthe Eropah http://www.geocities.com/-ascricus/genealogy/surnames.htm -| http://genealogy.munthe.net/ | http://sverre.munthe.net/ ).Dari cerita diatas, maka timbullah pertanyaan besar: apakah Munthe(Munte) di Belgia, Norwegia, dan wilayah Eropah lainnya mencerminkan atau bahkan satu nenek moyang dengan Munthe yang tersebar di nusantara? Dan, darimanakah alsal Munthe ini sesungguhnya? Ya, itu pertanyaan yang menjadi misteri besar, tetapi setidaknya ada beberapa tradisi yang mendukung keberadaan Munthe itu lebih awal di utara Danau Toba(Karo), yakni: Tradisi Ginting Munthe itu sendiri, yang didukung oleh tradisi Ginting Pasé, Ginting Manik, Karo-karo Sinulingga(tradisi Karo) dan juga tradisi Simalungun.Sebuah cerita menarik, pernah dikatakan seorang Anthrofologi ber-merga Munté yang tinggal di Madagaskar asal Norwegia mengunjungi Kuta Ajinembah, diantar oleh Pengurus Nomensen dan diterima oleh Pendeta Pantekosta Ajinembah (1971). Beliau mengemukakan bahwa leluhurnya berasal dari Ajinembah di rumah sendi, dan mengatakan “putih” dalam bahasa ibunya dengan “Mbulan”. (Penutur, penduduk Ajinembah, 2001 dalam buku Kenangan Marga Munthé , hal. 221).Ginting Munthé dalam tradisiMenurut tradisi lisan Karo yang juga dicatan oleh seorang misionaris Nederlandsche Zending-genoothschap(NZG) asal Belanda, Pdt. J. H. Neumann dikatakan, merga Ginting Munte yang merupakan salah satu cabang(sub-)merga dari merga Ginting ini, awalnya tumbuh di wilayah Tongging(di Tanah Karo) begitu pula dengan Ginting Pasé dan juga Ginting Manik. Selanjutnya dikisahkan, keturunan dari Ginting Munte ini dari Tongging bermigrasi ke Becih dan Kuta Sanggar; selanjutnya ke Aji Nembah.Keturunan yang di Aji Nembah ini-lah yang kemudian bermigrasi kuta Munte dan sebagian ke wilayah Timur(Simalungun) dan berpencar ke sekitar wilayah Danau Toba lainnya. Hampir dibeberapa tradisi Munte menyiratkan awal-awal leluhur mereka berasal dari kuta(kampung) Aji Nembah(di Taneh Karo) ini. Dalam tradisi yang berkembang di timur Danau Toba(Simalungun) proses migrasi ini diperkrakan terjadi sekitar tahun 1395 – 1435 Masehi, dimana Tuan Sipinangsori putra dari Jalak Karo yang berasal dari Aji Nembah sekitar tahun 1428 M menetap di Raja Simbolon dengan menunggangi horbo(kerbau) Sinanggalutu. Dan, hal ini juga didukung oleh tradisi Dalimunte yang berkembang di Labuhan Batu, dimana diceritakan saat Si Munte dari Aji Nembah yang menunggangi “Kerbo Nenggala Lutu” ini membawa segenggam bibit kacang-kacangan yang disebut “dali” dan menanamnya kemudian tumbuh subur dan berbuah banyak, serta biji-bijian ini sangat disukai, sehingga para tetangga menawarkan barter dengan menyebut dali – Munté dengan maksud “kacang mu o, Muté ” atau “minta kacangmu o, Munté ”. Sehingga dikemudian hari para keturunannya dipanggil dengan Dalimunte.Setelah perjalanan panjang, akhirnya beberapa generasi Munte yang berpencar di sekitar Danau Toba(Toba) ini ada yang mulih kuta(kembali) lagi ke kuta kemulihen(kampung halaman/kampung leluhur/kampung adat)-nya di Taneh Karo. Di daerah Kuala, merga ini kemudian pecah menjadi Ginting Tampune serta tersebar ke wilayah-wilayah Karo lainnya.
Sejarah Merga-Merga pada Suku Karo (Merga Ginting)
Berdasarkan Keputusan Kongres Kebudayaan Karo. 3
Desember 1995 di Sibayak International Hotel Berastagi, pemakaian merga
didasarkan pada Merga Silima, yaitu ; 1.Ginting 2.Karo-Karo
3.Perangin-angin 4.Sembiring 5.Tarigan.Sedangkan Merga Silima berdasarkan Budaya
Umum Suku Karo terdiri dari 5 Merga Yaitu
Karo-Karo,Ginting,Perangin-angin,Tarigan dan Sembiring.Sementara Sub Merga,
dipakai di belakang Merga, sehingga tidak terjadi kerancuan mengenai pemakaian
Merga dan Sub Merga tersebut.Tanah Karo Simalem merupakan wilayah berbudaya dan
Dominan Suku Karo.Tanah Karo meliputi :
1.Kabupaten
Karo (Semua Kecamatan,disebut Juga Karo Gugung)
2.Kabupaten
Langkat (Meliputi Kecamatan
Bahorok,Kecamatan Kutambaru Marike,Kec.Sei
Binge,Kec.Salapian,Kec.Selesai,Kec.Kuala,Kec.Padang Tualang dan Deski-Karo Binjai
dan disebut Karo Langkat)
3.Kabupaten
Dairi (Meliputi Kecamatan Tanah
Pinem.Kec.Tiga Lingga dan Kec.Gunung Sitember dan Disebut Karo Baluren)
4.Kabupaten
Deli Serdang (Meliputi Kec.Sibolangit,
Kec.Pancur Batu,Kec.Sunggal,Kec.Namo Rambe,Kec.Gunung
Meriah,Kec.Sibiru-biru,Kec.Kutalimbaru,Kec.Patumbak,Kec.Sinembah Tanjung Muda
sebagian Kec.Deli Tua dan Disebut Karo Kenjahe).
5.Kota
Medan (Meliputi Kec.Medan
Tuntungan,Kec.Medan Selayang,Semalingkar, Kelurahan Kwala Bekala,sebagian
Kec.Medan Johor yang kesemuanya disebut
juga daerah Padang Bulan dan sebagian daerah Pulo Brayan)
6.Kabupaten
Aceh Tenggara (Meliputi Kec.Lau
Sigala-gala,Kec.Simpang Simadam,.Blang Kejeren,sebagian wilayah Kuta Cane,Ketungkuhen
Alas)
7.Kabupaten
Simalungun (Meliputi Kecamatan Silima
Kuta-Cingkes).
Sangkep Geluh dalam Suku Karo adalah
Senina,Anak Beru dan Kalimbubu.Setiap individu dalam Suku Karo Wajib mempunyai
Sangkep Geluhnya.Suatu Merga yang ingin Mendirikan Kesain,Kuta maupun Urung
(gabungan Kuta-kuta yang pengulunya 1 keluarga/merga) harus mengajak serta
Sangkep Geluhnya tadi.Kemudian dibangun minimal 1 Rumah Adat Siwaluh Jabu atau
Siempat Jabu untuk Merga Simantek dan
Sangkep Geluh nya tadi. Dalam Mantek Kuta,tanpa dukungan Biak Senina atau
Senina Kuta,suatu Merga tidak akan bisa memantek Kuta karena tidak ada
pengakuan dari kalangan Keluarga 1 klan yang akan membantu dan
membelanya.Karena nya dukungan Biak Senina Kuta sangat penting dalam Memantek
Kesain,Kuta maupun Urung.Setelah mendapat dukungan dari Biak Senina Kuta,maka
di panggil merga lain yang akan menjadi Anak Beru Kuta.Tugas Anak Beru Kuta
juga banyak terutama dalam mempersiapkan keperluan Raja Simantek Kuta.Kemudian
dipanggil juga Merga lain yang akan menjadi Kalimbubu Kuta.Kedudukan Kalimbubu
dihormati dalam pendirian kuta. Jadi di Suatu Kuta yang dipantek Suatu
Merga,juga terdapat merga lain (Sangkep Geluhnya) yang ikut mendirikan Kuta, Walaupun
di Kuta pantekennya,Merga Simantek tersebut biasanya paling banyak jumlahnya
dibandingkan Merga lain yang menjadi Sangkep Geluhnya.Maka nya di Suatu Kuta
(terutama Kuta yang besar) terdapat minimal 4 Kesain yaitu Untuk Sembuyak
(Keturunan Simantek Kuta,biasanya Kesain Terluas),Untuk Biak Senina/Senina
Kuta,Untuk Anak Beru Kuta dan Kalimbubu Kuta.Ke 4 unsur inilah yang disebut
Bangsa Taneh dalam hal Mendirikan (Mantek Kuta).
Merga-merga Suku Karo terbagi dalam
5 Merga (klan) besar,Adapun Sejarah,Keberadaan, legenda, dan cerita Merga dan
Sub Merga tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Merga Ginting
Merga Ginting terdiri atas beberapa Sub Merga seperti
:
o Ginting Pase
Ginting Pase
menurut legenda masih
bersaudara dengan Merga Ginting Munthe.
Merga Pase ini kemungkinan berasal dari daerah Pak-Pak.Selain ke Tanah
Karo,merga
Pase juga terdapat di daerah Toba.Berdasarkan data,Merga Pase banyak
terdapat
di daerah Pak-pak. Ginting Pase di Tanah
Karo dulunya mempunyai kerajaan di Pase, dekat Sari Nembah kecamatan
Munte sekarang.
Cerita Lisan Karo mengatakan bahwa anak perempuan (puteri) Raja Pase
dijual oleh bengkila (pamannya) ke Aceh.Menurut Legenda, Beru Ginting
Pase bisa bertahan di Aceh bahkan tumbuh dengan
Baik dan berperan sebagai perintis Kerajaan Samudra Pasai beserta Suami
dan Turang
nya serta Penghulu Daerah Aceh lainnya.Itulah cerita cikal bakal
kerajaan
Samudera Pasai di Aceh. Dewasa ini,Merga Ginting Pase terdapat di Kuta
Bangun
kecamatan Tiga Binanga dan sebagian Keturunannya berdomisili di daerah
Karo
Kenjahe.Ginting Pase juga banyak terdapat di daerah Aceh Tenggara
(alas).Di
daerah Alas ,Ginting Pase ini mendirikan beberapa kuta,dan memakai Merga
Pase.
o Ginting Munthe
Menurut cerita lisan Karo, Merga
Ginting Munthe berasal dari Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta
kemudian ke Aji Nembah,Ke Munte dan ke Kuta Bangun.Menurut cerita,Nenek
Moyang Ginting Munte adalah Merga
Munthe. Tongging,Ajinembah,Munte dan
Kuta bangun merupakan Kerajaan Urung panteken Ginting Munte. (Urung = beberapa
kuta yang didirikan oleh merga yang sama).Merga Ginting Munte dan Sangkep
Geluhnya yaitu Biak Senina,Anak beru dan Kalimbubunya lah yang mendirikan
Kerajaan tersebut.Urung Tongging disebut Sipitu Kuta Tongging,Terdiri dari 7
kuta utama dan pemekarannya,letak kuta-kuta tersebut adalah di kecamatan Merek
dengan Kuta Perbapaan Urung (induk Desa ) di Desa Tongging,Urung Ajinembah
Disebut dengan Sipitu Kuta Ajinembah,terdiri dari 7 kuta dan terletak di
Kecamatan Merek dan Sebagian Kecamatan Tiga Panah Sekarang,Induk Desa adalah
Ajinembah,kecamatan Merek. Urung Munte terdiri dari Beberapa Kuta yang didirikan
oleh Merga Ginting Munte, Ginting Siwah Sada dan Ginting Manik,terletak di
kecamatan Munte dengan Induk Desa adalah Desa Munte.Urung Kuta Bangun terdiri
dari Beberapa kuta dan Ditambah desa Lau baleng dengan induk desa adalah Kuta
Bangun.Biak Senina merga Ginting Munte ini adalah Ginting Manik.Ada yang unik
diantara kedua merga ini,dimana di setiap kuta/kesain Panteken Ginting
Munte,pasti yang menjadi biak Senina/Senina nya adalah merga Ginting Manik,
begitu juga sebaliknya. Merga Munte di Sipitu Kuta Tongging disebut dengan
Merga Munthe saja.Sebagian dari merga Ginting Munthe telah pergi ke Toba (Nuemann
1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba ini kembali lagi
ke Karo. Merga Ginting Munte juga menyebar sampai ke daerah Karo Kenjahe (Deli
Serdang) dan menjadi Anak Beru Urung Sinembah Tanjung Muda (Panteken Karo-Karo
Barus) dan menyebar bersama Klan Ginting Lainnya ke daerah Namo Rambe.Di Karo
jahe ini,Ginting Munte banyak terdapat di Sibiru-Biru.Dari Ajinembah,merga
Ginting Munte juga menyebar ke simalungun menjadi Merga Saragih dan menjadi penghulu
di beberapa kampung di Simalungun.Merga Munthe juga terdapat di Toba dan
Pak-pak.Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting Tampune.Merga Munthe ini
juga menyebar sampai daerah Alas dan Gayo (seperti daerah Batu
Mbulan,Ketungkuhen,Bener Meriah-Aceh).Di Cingkes dan Juhar, terdapat Kesain
Ginting Munthe,dimana Ginting Munthe merupakan Simbisa dari desa tersebut.
Rurun (Panggilan) merga Ginting Munte adalah Mburak untuk Lelaki dan Unjuk
untuk Beru Ginting Munte.
o Ginting Manik
Ginting Manik menurut cerita Bersaudara dekat dengan Ginting Munthe. Merga
Ginting Manik berasal dari Tongging.Menurut
R.U.Ginting Manik, Penyebaran nya mulai dari Urung Tongging kemudian ke Urung Aji Nembah (Yaitu Desa Manuk Mulia), Sebagian
Ginting Manik dari tongging pergi ke Lingga,Dari Urung Ajinembah ini,dilanjutkan
ke Urung Munthe (yaitu desa Singga Manik).Dari Urung Munthe ini dilanjutkan ke
Urung Kuta Bangun.Dari Urung-urung tersebutlah Merga Ginting Manik Menyebar
sampai ke daerah Karo Langkat,Karo Baluren (Dairi) dan Karo Kenjahe (Deli
Serdang). Desa Tongging sendiri penghulunya didominasi Merga Ginting Munte dan
Ginting Manik,terdiri dari beberapa Kesain.Ginting Manik Penghulu di Kesain Manik
Tongging.Legenda dari Tongging ini adalah Legenda Manuk Sigurda-gurdi (Cerita
Rakyat Karo) yang menegaskan bahwa Merga Ginting Manik adalah Penghulu Tongging.Ginting
Manik di Urung Sipitu Kuta Tongging disebut dengan Merga Manik Huruk
(Manihuruk,Nenek Moyang Merga Ginting Manik). Ginting Manik merupakan Bangsa
Taneh dari Urung Sipitu Kuta Tongging,Sipitu Kuta Ajinembah dan Urung Kuta Bangun
dimana Ginting Manik sebagai Biak Senina Urung. Biak Senina dari merga Ginting
Manik adalah Ginting Munte,makanya sangat wajar di setiap Kuta/Kesain panteken
Ginting Manik,merga Ginting Munte lah yang menjadi Biak Senina nya,begitu juga
sebaliknya.Ginting Manik juga sebagai Biak Senina di beberapa Kuta Panteken
Ginting Munthe di daerah Kec.Munthe.Urung-urung tersebut terdiri dari beberapa
kuta.Selain sebagai Biak Senina Urung,Ginting Manik juga Mendirikan (Mantek)
Kuta di beberapa Kuta Urung Sipitu Kuta Ajinembah yaitu Manuk Mulia/Manik Mulia
dan Singa (Keduanya terdapat Di Kecamatan Tiga Panah).Sebagian Merga Ginting Manik dari Tongging Mendirikan
Kuta Singa dan mendirikan merga baru,yaitu Merga Ginting Sinu Singa.Ginting
Manik di daerah Munthe mendirikan kuta Singga Manik (Anak Beru Kuta). Ginting
Manik dari Singga Manik kemudian Mendirikan (Simantek) Desa Bunga Baru di Kec. Tiga Binanga.Ginting Manik juga ikut
mendirikan desa Kutambaru kec.Munthe sebagai Biak Senina Kuta, dimana di
Kutambaru kec.Munthe terdapat beberapa kesain,Ginting Manik pengulu di Kesain
Rumah Jahe,Ginting Munthe pengulu di kesain Rumah Gugung.Sebagian Merga Manik
dari Singga Manik Menetap di Desa Batukarang dan Melestarikan Kerangen (Hutan)
yang dikeramatkan oleh Keturunannya dan Penduduk Batukarang.Di dalam Kerangen
ini terdapat mata air .Kerangen itu di sebut Kerangen Lau Rahu dan Keturunan
nya di sebut Manik Lau Rahu. Ginting Manik yang ke Lingga pada awalnya diundang
untuk menetap sebagai Simbisa di desa Lingga oleh Karo-Karo
Sinulingga.Diceritakan bahwa merga Sinulingga datang ke Kesain Manik di
Tongging untuk mengajak Merga Ginting Manik mendirikan kuta dan juga sebagai
Simbisa di desa Lingga.Makanya Kesain Manik di desa Lingga terletak di tengah
kuta,berdekatan dengan Kesain-Kesain Sinulingga. Selain sebagai Simbisa,Ginting Manik ini
menikah dengan Beru Sinulingga dan menjadi Anak Beru Kuta di Lingga.Beberapa
keturunan kemudian Ginting Manik dari Lingga ikut mendirikan Kuta
Keling/Merdeka (Panteken Surbakti) dan kampung lainnya yang termasuk urung
Sitelu Kuru (induk desa adalah Lingga,panteken Sinulingga) sebagai Anak Beru
Kuta.Salah satu Keturunan Merga Ginting Manik dari Tongging yang Bernama Tandel
Masara (artinya kesusahan terhalang) Menjelajah sampai Ke
Bahorok,Langkat.Disana Ginting Manik ikut mendirikan kuta dan diangkat menjadi
Anak Beru Urung Bahorok(Panteken Perangin-angin Suka Tendel).Ginting Manik Di
Langkat juga mendirikan (Mantek) Kuta yaitu Kuta Durin Tonggal Kec.Kutambaru Marike dan
tersebar sebagai Anak Beru/Kalimbubu/Simantek Kuta di desa-desa Karo Langkat
seperti Gajah,Simolap,Tinembok,Samir
(Kec.Kutambaru Marike),
Kuta Belikih dan Kuta Rih (Kec.Sei Binge). Merga Ginting
Manik dari Tongging juga menyebar Ke daerah Karo Baluren.Merga Ginting Manik
banyak terdapat dan menjadi penghulu
Kenegrian Juhar Kidupen Manik,bagian dari Urung Tanah Pinem,Dairi.Di Karo Kenjahe (Deli
Serdang), Ginting Manik juga terdapat sebagai Biak Senina di Kesain Ginting
Munte,selain itu Ginting Manik bersama Klan Ginting lainnya menyebar ke daerah
Namo Rambe.Merga Manik ini juga terdapat di daerah Pak-pak, daerah Samosir-Toba
(disebut Manihuruk) dan Simalungun .Sebagian Merga Manik dari Tongging menyebar
ke daerah Simalungun dengan Sebutan Saragih Manihuruk dan menjadi Penghulu Kuta
di beberapa daerah Simalungun. Rurun (Panggilan) untuk Merga Ginting Manik
adalah Mengat untuk Lelaki dan Tadi/Unjuk untuk beru Ginting Manik.
o Ginting Seragih
Ginting Seragih merupakan salah satu
merga Ginting yang tua.Ginting Seragih di Tanah Karo mempunyai Hubungan Khusus
dengan Marga Saragih yang merupakan 1
dari 4 Marga Asli Simalungun.Marga Saragih di simalungun merupakan Salah satu
dari 4 Marga Raja atau Marga Penghulu di daerah Simalungun.Merga Saragih
merupakan Merga Pengulu dan banyak terdapat di Simalungun. Menurut
Diskusi,Ginting Seragih berasal dari daerah perbatasan Tanah
Karo-Simalungun.Ginting Seragih di Tanah Karo umumnya mendiami Kampung Lingga
Julu,Jeraya (Kec.Simpang empat) dan sekitarnya. Keberadaan Merga Ginting
Seragih di Lingga Julu dan Jeraya adalah sebagai Anak Beru Kuta atau pun
Kalimbubu Kuta.Dari kedua Kampung ini Merga Ginting Saragih menyebar ke daerah
Karo lainnya.
o Ginting Sini Suka
Menurut cerita lisan Karo Ginting
Sini Suka berasal dari Urang Kalasan/Urung Kalasen Yaitu wilayah di Pak-Pak,
kemudian sebagian berpindah ke daerah Samosir,
terus ke Si Tinjo. Menurut Cerita,di Tinjo,Ginting Sini Suka Mempunyai hubungan
Khusus dengan Merga Kuda Diri dari Suku Pak-Pak. Dari Pustaka Ginting di
ketahui bahwa Leluhur Ginting Sini Suka adalah anak dari Pengulu Kuta Tinjo dan
pergi Ke Tanah Karo dengan Bapa uda nya yaitu adik pengulu Tinjo.Ginting Sini
Suka ini bernama Matangken.Dari Tinjo Mereka sampai ke daerah Lau Lingga
Sekarang dan Ginting Sini Suka Menjadi Sibayak Lau Lingga. Kemudian anak dari
Sibayak Lau Lingga yang bernama Tindang pergi untuk mendirikan kuta yang dia
namai Guru Benua di Kec.Munte, disana
dikisahkan Tindang mendirikan Kuta dan Menikah.Dikisahkan,setiap anaknya yang
lahir masih terbungkus kulit tubuh
seukuran Gundur,maka setiap anaknya yang lahir dia tempatkan ke sebuah
Guci,kemudian dengan bantuan ilmu Guru Pak-pak Sipitu Sendalanen lahirlah
(Keluar dari Kulit tubuh) Kesepuluh anaknya dengan normal yaitu sembilan lelaki
dan 1 perempuan,mereka disebut Siwah Sada Ginting.Merga Ginting Sini Suka
merupakan Pengulu yang di Tua kan oleh Ginting Siwah Sada Lainnya karena memang
induk dari Ginting Siwah Sada.Kuta Panteken nya adalah Lau Lingga
Kec.Juhar,Guru Benua Kec.Munte,Suka Simbelang,Tiga Panah dan Kuta Lainnya.Ginting
Sini Suka juga terdapat di Desa Berastepu sebagai Kalimbubu Kuta dimana di desa
Berastepu terdapat Kesain Sini Suka.
§ Ginting Rumah
Berneh
Ginting Rumah Berneh sama dengan
Ginting Sini Suka, disebut Rumah Berneh karena dia Pengulu Rumah Berneh di
Juhar.Ginting Rumah Berneh adalah adik dari
Matangken Ginting Sini Suka, Sibayak Lau Lingga. E maka lit Balai Uruk berteng Juhar balai perjumpan Sibayak Lau Lingga
ras agina pengulu Rumah Berneh Juhar.( Informasi dari Pustaka Ginting).Dari
Rumah Berneh Juhar,Merga Ginting ini menyebar ke daerah Tanah Karo Lainnya.Rurun
(Panggilan) merga Ginting Rumah Berneh adalah Raga untuk dilaki dan Nggore/Nurih
untuk Beru Ginting Rumah Berneh.
Pustaka Ginting merupakan Hikayat yang menceritakan mengenai
keberadaan Siwah Sada Ginting.Kakek Siwah Sada Ginting adalah Matangken Sibayak
Lau Lingga.Bapak Siwah Sada Ginting adalah Tindang,anak Raja Matangken yang Paling
Tua.Siwah Sada Ginting Berarti Sembilan Merga Ginting dan satu Beru Ginting.Disebutkan
di Pustaka Ginting, Tindang mendirikan Kuta Guru Benua, Kemudian dia Menikah,dikisahkan
disana dengan Bantuan Guru Pak-Pak Si
Pitu Sendalanen,lahirlah Siwah Sada Ginting.Makanya terdapat 9 Lubuk (Pancur) perpangiren
(Penyembuhan) di tapin Lau Guci Gurubenua.Kesembilan Merga Ginting ini
kemudian Menyebar ke seluruh Tanah Karo,adapun Penyebaran ke sembilan Merga ini
memiliki keterkaitan dan kesamaan alur Penyebaran antara satu dengan lainnya.Ginting
Ajar Tambun anak yang Tertua dan Babo anak yang termuda. Siwah Sada Ginting tersebut adalah :
§ Ginting Ajar
Tambun
Ginting Ajar Tambun menetap di
Kampung kakeknya,Sibayak Lau Lingga dan
ikut Mendirikan Kuta tersebut.Kemudian
menyebar ke desa lainnya sekitar Kec.Juhar.Ginting Ajar Tambun juga pergi ke
daerah Karo Langkat dan Mendirikan Kuta Raja Merahe bersama senina nya Ginting
Bukit.Dari Raja Merahe,Ginting Ajar Tambun menyebar ke daerah Karo Langkat
lainnya.
§ Ginting Suka
Ginting Suka boleh dikatakan sebagai
Sub-Klan Ginting Siwah Sada Ginting yang
terbesar dimana Ginting Suka banyak tersebar di seluruh Tanah Karo.Ginting Suka
di Tanah Karo Mendirikan Kerajaan Urung yaitu Urung Suka di Kecamatan Tiga Panah.Kuta
Perbapan (Desa Induk) Urung Suka adalah Desa Suka atau disebut Juga Suka
Simbelang di Kec.Tiga Panah.Desa-desa Di Urung Suka (Kec.Tiga Panah)
diantaranya Suka Simbelang (Desa Induk),Tiga Panah,Suka Dame,Suka Maju,Suka
Mbayak,Suka Sipilihen,Salit dan lainnya.Desa Panteken Ginting Suka di sekitar
Urung Suka diantaranya Desa Suka Mandi Kec.Merek.Sedangkan di wilayah Tanah
Karo lainnya, Ginting Suka mendirikan kampung Guru Benua Kec.Munte,Barung
Kersap Kec.Munte (Simantek Kuta),Suka
Rame Kec.Munte (Simantek Kuta),Suka Meriah Kec.Payung (Simantek Kuta), Suka
Babo (Simantek atau Senina Kuta) ,desa Suka Julu Kec.Tiga Binanga (Simantek
Kuta).Ginting Suka terdapat di daerah Karo baluren Dairi dan Mendirikan Kuta
Suka Ndebi Kec.Tanah Pinem. Merga Ginting Suka juga ikut Mendirikan Kampung
Suka Nalu dan Suka Julu di kecamatan Barusjahe,dimana Suka Nalu adalah Kuta
Perbapan urung Si Enem Kuta Panteken Karo-karo Sitepu.Di Suka Nalu dan Suka
Julu kec.Barusjahe ini Ginting Suka
sebagai Anak Beru Kuta dan keberadaannya Dominan di Urung tersebut.Ginting Suka
juga ikut mendirikan kuta-kuta di urung Naman Teran Kec.Naman Teran (panteken
Sitepu) seperti Suka Nalu Naman,Suka Tepu, suka ndebi dan lainnya.Keberadaan
Ginting Suka di Urung Naman Teran adalah sebagai Anak Beru Urung.Ginting Suka
juga terdapat di Desa Lingga Julu (anak beru atau Kalimbubu Kuta) dan Desa Suka
Tendel (Anak Beru Kuta).Merga Ginting
Suka juga terdapat di daerah Gayo/Alas.Di Gayo/Alas (Meliputi Kab.Aceh
Tenggara,Kab.Bener Meriah,Aceh Selatan,Aceh Singkil dan wilayah Aceh lainnya)
Ginting Suka menyebar,Bahkan dalam Hikayat Tarikh Aceh dan Nusantara, dan Buku Karo Sepanjang Zaman disebutkan di
Lembah Aceh Besar selain Kerajaan Islam,ada Kerajan Karo. Raja Terakhir Suku
Karo di Aceh Besar (dulu disebut Kuta Raja) adalah Raja Manang Ginting Suka.Rurun
(Panggilan) Ginting Suka adalah Suka/Mbayak untuk Lelaki dan Unjuk untuk beru
Ginting Suka.
§ Ginting Guru
Patih
Guru Patih berarti Guru dari seorang
Pemimpin/Panglima (Patih).Merga Ginting Guru Patih mendirikan Kampung Buluh
Naman Kec.Munte (Simantek Kuta),
Kemudian ikut mendirikan kampung Sari Munte Kec.Munte (Sebagai Senina
Kuta).Dari 2 Kampung awal tadi Merga Ginting Guru Patih menyebar dan Mendirikan
kampung seperti Naga Kec.Juhar (Simantek Kuta) dan Lau Kapur Kec.Tiga Binanga
(Simantek Kuta). Dari kuta-kuta tersebut Merga Ginting Guru Patih menyebar ke
daerah Karo lainnya.
§ Ginting Sugihen
Ginting Sugihen mendirikan Kampung
Sugihen di Kec.Juhar (Simantek Kuta),Kuta Gugung Kec.Juhar (Simantek atau
Senina Kuta),juga sebagai Pengulu di Kesain
Juhar Ginting. Kemudian Menyebar dari kampung tersebut menuju daerah
Sekitar Perbatasan Kec.Tiga Panah dan
Kec.Dolat Rayat.Disini Merga Ginting Sugihen mendirikan Kampung yang diberi
nama sesuai Merga dan Kampung asalnya yaitu
Sugihen.Dari Kampung-kampung asalnya tersebut,Merga ini menyebar ke
daerah Tanah Karo lainnya. Ginting Sugihen juga terdapat di daerah Aceh Tenggara
disebut dengan Sugihen.Rurun (Panggilan) Merga Ginting Sugihen adalah Gurah
untuk Lelaki dan Sulngam untuk beru Ginting Sugihen.
§ Ginting Garamata
Gara Mata dalam bahasa Karo berarti
Si Mata Merah.Menurut Cerita,berasal dari Tanah Karo (Guru Benua),kemudian Ginting
Gara Mata pergi ke daerah Teba dan Disana dia berafiliasi (Bergabung) dengan
Budaya Setempat dan Menjadi Merga Simarmata.Beberapa Keturunan Ginting Garamata
kembali Menetap di Tanah Karo.Sekedar
wawasan,Di Tongging juga terdapat Kesain Simarmata.Ginting Garamata di Tanah
Karo mendirikan Kuta Raja Tengah di daerah Karo Langkat (Simantek Kuta).Dari
Raja Tengah,Ginting Garamata menyebar ke daerah Karo lainnya.
§ Ginting Bukit
Setelah Kejadian Tenggelamnya Turang
mereka yaitu Bembem di Sekitar Suka Rame
sekarang,Ginting Bukit pergi ke Daerah Karo Langkat dan mendirikan Kampung Raja Merahe (Simantek Kuta).Dari sini
Merga Ginting Bukit Menyebar ke daerah Tanah Karo lainnya.Merga Ginting Bukit
ini juga terdapat di daerah Gayo dan Alas dengan sebutan Bukit.
§ Ginting Beras
Merga Ginting Beras (Siberas)
awalnya Menetap Di Rumah Berneh Juhar sesuai dengan Aturan Senina nya yang 8
orang.Kemudian dari Juhar, Ginting Beras mendirikan Kuta Lau Petundal di daerah
Karo Baluren Dairi dan Menyebar ke daerah Tanah Karo Lainnya.
§ Ginting Aji Dibata (Jadi Bata)
Aji Dibata berarti Mantra dari Tuhan
(Bahasa Karo, Aji = Mantra/Raja, Dibata = Tuhan).Merga Ginting Jadibata (Aji
Dibata) Ikut Mendirikan Desa Juhar
Simbelang.Di Juhar terdapat Kesain Jadibata yaitu Kesain Sigeret Lembu (kesain
terluas di Juhar).Desa Juhar sendiri menurut cerita terdiri dari 5 kesain
utama, masing-masing kesain tersebut mempunyai Jambur.Kesain-kesain ini dibagi
lagi menjadi bagian Rumah, seperti Rumah Berneh dan lainnya.Merga Ginting mempunyai
2 kesain yaitu Kesain Sigeret Lembu dan Kesain Rumah Tanduk.Karena Luasnya Desa
Juhar,Saat ini Desa Juhar dibagi Menjadi 3 Bagian sesuai Merga Perintis
Juhar.Kesain Jadibata termasuk Desa Juhar Ginting.Juhar Merupakan Desa Induk
Urung Juhar di Kec.Juhar.Merga Ginting Jadibata juga Mendirikan kampung Kidupen
(Sebagai Senina Kuta) dan Menyebar di Kuta-kuta Kec.Juhar.
§ Ginting Babo
Ginting Babo mendiami Kampung Guru
Benua Kec.Munte (Sebagai Senina Kuta) kemudian Merga Ginting Babo mendirikan
kampung Suka Babo di Kec.Juhar (Simantek
atau Senina Kuta),Kampung Munte Kec.Munte (sebagai Senina Kuta) dan Kuta Gerat
Kec.Munte (Simantek atau Senina Kuta)Merga Ginting Babo juga terdapat di desa
Guru Kinayan (panteken Sembiring Gurukinayan).Di desa Munte terdapat Kesain
Babo.Rurun (Panggilan) Merga Ginting Babo adalah Gajut untuk Lelaki dan Merih
untuk Beru Ginting Babo.
Kesembilan orang merga Ginting ini
mempunyai seorang saudara perempuan bernama Bembem br Ginting, yang
menurut legenda tenggelam ke dalam tanah ketika sedang menari di suatu daerah
di desa Guru Benua. Bembem Br Ginting menari untuk melerai sembilan Saudaranya.
Daerah tempat tenggelamnya Bembem Br Ginting ini kemudian disebut Tiga Bembem.Menurut
cerita,Tiga Bembem ini dulunya digunakan sebagai Tiga lembu (tempat berjualan
Lembu) oleh Masyarakat Guru Benua dan sekitarnya.
o Ginting Tumangger
Menurut Cerita Lisan,Ginting
Tumangger berasal dari daerah Pak-pak.Dari pak-pak menyebar ke daerah Tanah
Karo.Di Tanah Karo merga Ginting Tumangger mendirikan Kuta Kidupen Kec.Juhar
(Simantek Kuta) dan Kem-Kem Kec.Tiga Binanga (Simantek Kuta).Ginting Tumangger
dari Kampung Kem-Kem mempunyai kemampuan mengobati dengan Menggunakan Ramuan
Tradisional Karo yang dikenal dengan Thabib Kem-Kem.Dari Kedua kuta tadi,Merga
Ginting Tumangger menyebar ke daerah Tanah Karo lainnya.Rurun (Panggilan) untuk
Merga Ginting Tumangger adalah Lajor dan Tega untuk beru Ginting Tumangger.
o Ginting Sinusinga
Dari Kisah Ginting Manik, di ketahui
bahwa Merga Ginting Sinu Singa berasal dari Merga Ginting Manik dari Desa
Tongging.Sekitar 300 tahun yang lalu,Merga Ginting Manik dari Tongging ini
membuka Lahan di Kec.Tiga Panah sekarang.Merga Ginting Manik ini dikenal Sebagai Pemimpin yang sangat Gigih melawan
penjajahan sehingga dijuluki “Singa“ oleh Rakyat yang mengikutinya.Dalam
Melawan Penjajah Mereka hidup berpindah.Awalnya
Mereka menempati daerah yang bernama Buah Pulut,Kemudian berindah ke
Kerangen Pa Nawari (Kerangen Desa Singa)
dan Akhirnya Menetap dan mendirikan
Kuta Singa sekarang.Kampung ini dinamai Singa karena Didirikan Oleh Merga
Ginting Manik yang di Juluki “Singa” oleh Rakyat yang mengikutinya.Kemudian
Merga Manik yang mendirikan Kampung Singa ini mendirikan/memakai Merga baru
yaitu Sinu Singa,Hal ini bisa terjadi karena mereka telah Memantek Suatu
Kampung yang baru dan memenuhi persyaratan untuk menjadi Merga Baru.Bila
bertemu dengan Merga selain Ginting,mereka menyebut Merga mereka Ginting Sinu
Singa, .Hal ini untuk memperjelas bahwa mereka adalah Merga Ginting yang Mendirikan
kampung Singa (Sinu=yang Menempati, Singa= Kuta Singa).Namun jika bertemu
dengan Merga Ginting,Mereka mengaku Manik Sinu Singa (Untuk memperjelas
Silsilah Mereka).Dewasa ini mereka disebut Ginting Manik Sinu Singa.Merga
Ginting Sinu Singa juga menyebar ke daerah Sekitar Kec.Tiga Panah lainnya.(Informasi diperoleh
dengan mengunjungi Desa Singa dan dari Wahidin Ginting-KaDes Singa,sekaligus
Cucu Pa Nawari).
o Ginting Jawak
Menurut cerita Ginting Jawak berasal
dari Simalungun dan dari Informasi yang diperoleh Merga
Ginting Jawak berasal dari perbatasan Tanah Karo dan Simalungun.Merga
Ginting Jawak umumnya banyak terdapat di Rakut Besi (Kec.Silima Kuta ) dan Merga Ginting Jawak
Mendirikan Kampung Lau Perimbon (Kec.Tanah Pinem).Dari daerah ini,Ginting Jawak
menyebar ke daerah Karo lainnya.
o Ginting Capah
Ginting Capah berasal dari daerah
Pak-Pak.Nenek Moyang Ginting Capah yang Ke Karo berasal dari Kalang,suatu
kampung di daerah Pak-pak.Nenek Moyang Ginting Capah adalah Merga Capah yang merupakan Merga Asli Suku Pak-pak.Merga
Capah di Pakpak merupakan Saudara 1 Ayah 1 Ibu dengan Merga Kuda Diri,dimana
Merga Kuda Diri mempunyai hubungan Khusus dengan Matangken (Sibayak Lau
Lingga),selaku anak Pengulu Tinjo.Sedangkan Capah dalam suku karo berarti tempat makan besar terbuat dari kayu,
atau piring tradisional Karo.Merga Ginting Capah di Tanah Karo mendirikan
Kampung Bukit (Panteken Karo-karo).Di desa Bukit ini,Ginting Capah sebagai Anak
Beru atau Kalimbubu Kuta. Dari daerah ini,Ginting Capah menyebar ke daerah Karo
lainnya.
o Ginting Tampune
Dari Cerita mengenai Ginting
Munte,diketahui bahwa Merga Ginting Tampune adalah Pecahan Merga Ginting Munte
di desa Kuala kec.Tiga Binanga.Dari Cerita ini disebutkan Ketika Ekspedisi
membuka Lahan baru di lanjutkan ke Arah Urung Kuta Bangun Kec.Tiga Binanga,
Sebagian Merga Ginting Munte ikut Mendirikan kampung Kuala (panteken Perangin-angin Sebayang) dan Menjadi Anak
Beru Kuta Kuala.Merga Ginting ini kemudian memakai Merga Baru,Yaitu Ginting
Tampune.Merga Ginting Tampune juga ikut mendirikan Kuta Tiga Binanga (Panteken Sebayang) sebagai Anak Beru
Kuta.Dewasa ini Ginting Tampune menyebar ke daerah sekitar Kuala dan Tiga
Binanga.
No comments:
Post a Comment